JURNAL
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH:
PUTRI
AYU INDAH LESTARI (A1C117005)
DOSEN
PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
Percobaan 8
I.
Judul :
Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II.
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 20 April 2019
III.
Tujuan : Adapun tujuan dalam percobaan ini yaitu:
1.
Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi
lapis tipis dan kolom.
2.
Dapat membuat pelat kromatografi lapis tipis dan
kolom kromatografi.
3.
Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya
dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom.
4.
Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara
kromatografi kolom.
IV.
Landasan Teori
Kromatografi merupakan suatu teknik
pemisahan zat terlarut oleh suatu proses perpindahan turunan dinamis dalam
sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih. Salah satu diantaranya bergerak
secara berkesinambungan dengan arah tertentu dan didalamnya zat-zat tersebut
memberikan perbandingan mobilitas yang disebabkan adanya perbedaan dala
adsorpsi, partisi kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul, atau kerapatan muatan
ion. Atau secara sederhana kromatografi didefinisikan sebagai teknik pemisahan
campuran berdasarkan perbedaan kerapatan perambatan komponen dalam medium
tertentu. Kromatografi biasanya digunakan dalam memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponen. Seluruh bentuk kromatografi rapi bekerja berdasarkan
prinsip ini pada kromatografi lapis tipis merupakan memisahkan
komponen-komponen suatu sampel yang ingin dideteksi berdasarkan perbedan
kepolaran. Pemisahan terjadi secara perambatan kapiler (pengembangan) lalu
hasil pengembang dideteksi zat yang memiliki kepolaran yang sama dengan fase
diam akan cenderung tertahan dan nilai Rfnya sangat kecil (Fatimah, 2014).
Salah satu teknik analisis didalam
suatu bidang kimia organik khususnya yang dipakai dalam memisahkan campuran zat
menjadi komponen-komponen penyusunnya, sehingga dari masing-masing sampel
tersebut dapat dianalisis secara menyeluruh disebut sebagai kromatografi. Kromatografi
memiliki macam-macamnya meliputi, kromatografi lapis tipis, kromatografi cair,
kromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas, dimana semua
teknik kromatografi tersebut menggunakan prinsip yang sama. Berikut beberapa
istilah pada kromatografi:
Istilah
Penting
|
Pengertian
|
Fasa Gerak
or pengemban
|
Pelarut
yang mengalir didalam kolom atau lapisan tipis khroamtogram
|
Fasa diam
or adsorben
|
Zat
padat yang mengisi kolom atau melekat atau menempel pada lapisan plat atau
kaca atau kertas baik berupa silika gel, selulosa, atau okta dodesil sulfat
yang lazim tergantung jenis khromatografinya.
|
Eluen
|
Campuran
pelarut yang dialirkan kedalam kolom atau merambat pada lapis tipis atau
kertas
|
Eluat
|
Cairan
yang keluar dari kolom yang membawa komponen tertentu dari campuran zat yang
akan dipisahkan.
|
Elusi
|
Proses
memisahkan komponen tertentu dari suatu campuran melalui kolom khromatografi
dengan menggunakan kombinasi pelarut tertetnu.
|
|
Komponen-komponen
Campuran yang telah memisah melalui proses khromatografi.
|
Prinsip dasar dari pemisahan kromatografi yaitu jika
suatu komponen penyusun zat terletak pada perbedaan afinitas (gaya adesi) dari
setiap jenis sampel terhadap perbandingan fasa diam dan fasa gerak sehingga
masing-masing zat tersebut mampu terpisah satu sama lain. Dalam menentukan
afinitas analit dipengaruhi oleh daya adsorpsinya terhadap fasa diam dan
kelarutan analit tersebut terhadap penggunaan fasa gerak. Jika makin kuat
adsorpsi suatu analit terhadap fasa diamnya dan pada kelarutannya yang kecil
terhadap pasa gerak maka waktu untuk diam dalam kolomnya lebih lama
dibandingkan dengan analit yang memiliki daya adsorpsinya kecil terhadap fasa
diam tetapi memiliki kelarutannya sangat besar dengan fasa gerak yang
digunakan. (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/)
Teknik kromatografi merupakan
pemisahan campuran senyawa menjadi komponennya berdasarkan pendistribusian zat
yang mempunyai dua fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile).
Hal yang penting yang perlu diingat mengenai azas kromatografi yaitu senyawa
yang berbeda memilki koefisien distribusi yang berbeda pula diantara kedua fase
tersebut. Pada fase diam jika senyawa yang daya interaksinya lemah akan lebih
lama tinggal dalam fase gerak yang dapat bergerak dengan cepat pada sistem
kromatografi. Sebaliknya, jika fase diam bergerak dengan cepat maka pada fase
gerak akan mengikuti dengan lambat. Sehingga, setiap komponen dalam campuran senyawa
mampu bergerak dengan laju yang tidak sama pada kromatografi, maka akan
menghasilkan pemisahan yang sempurna. Kromatografi biasa digunakan dalam suatu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Pada stasioner atau fasa diam bertindak sebagai bahan penjerap misalnya
silika gel (SiO2H2O) atau alumina terhidrasi(Al2O3).
Kemampuan untuk menyerap senyawa organik terdapat pada permukaan bahan. Umumnya
semakin polar senyaa organik (ditandai dengan gugus fungsi karbonil, nitril,
hidroksil, amino, karboksilat dll), semakin kuat ia menyerap molekul air,
sehingga kereaktifannya menurun. Dengan kata lain, kereaktifan bahan penyerap
dikendalikan melalui kandungan airnya. Pada kromatografi lapis tipis (TLC, Thin
Layer Chromatography), bahan penjerap yang dilekatkan tersebar pada plat kaca,
alumina ataupun platik. Metodi ini banyak memiliki kelebihan daripada metode
kromatografi lainya yaitu dipandang dari proses pengerjaannya yang lebih cepat,
kebutuhan bahan dapat disesuaikan dengan keperluan dan pemisahannya baik. Penerapan
TLC diawali dengan melapisi plat dengan suspensi bahan penjerap. Plat
selanjutnya dikeringkan ddidalam oven. Larutan sampel dalam pelarut yang mudah
menguap yang disiapkan dan ditotolkan diatas pelat dengan konsentrasi yang
tepat. Bila totolan telah kerng, pelat dimasukkna kedalam bejana yang berisi
larutan pengembang. Pemisahan akan terjadi dalam bejana ini dan senyawa yang
terpisah akan bergerak lurus keatas seperti noda-noda. Kedudukan awal dan akhir
ditandai. Identifikasi senyawa dapat dilakukakan dengan menghitung dan
membandingkan nilai Rf (Retardation Faktor). Untuk mendapatkan ketelitiannya
maka diperlukan zat autentik dan dikembangkan sekaligus.
Sedangkan kromatografi kolom merupakan
teknik yang digunakan untuk pemisahan skala preparatif, dari beberapa miligram
sampai puluhan gram. Pemisahan yang dilakukan menggunakan kolom kaca yang
berisikan bahan penjerap. Campuran yang dipisahkan dimasukkan kembali dibagian
atas timbunan penjerap, dimana campuran ini semua akan terjerap. Fase gerak
yang dinamakan eluen, dialirkan terus menerus melalui bahan penjerap. Setiap
zat dalam campuran terbawa turun dengan kecepatan yang tidak sama bergantung
pada afinitasnya terhadap penjerap. Umumnya, zat yang terpisah akan membentuk
pita-pita yang perlahan-lahan menuruni kolom dan akhirnya ditampung kedalam
sejumlah tabung. Laju gerakan pita dapat diatur dengan mengataur komposisi dari
eluen. Fraksi dalam setiap tabung dapat dilihat dengan TLC taua teknik lain
yang dalam mengetahui jenis dan kuantitas zat yang ada. Fraksi dengan zat yang
sama di campurkan, lalu pelarutnya akan memisah dengan cara menghilang dan
akhirnya zat diperoleh murni (Tim Kimia Organik, 2016)
Kromatografi kolom digolongkan
kedalam kromatografi cair-padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi
kolom adsorbsi berdasarkan pada adsorbsi komponen-komponen campuran dengan
afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi
termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak
sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase geraknya
berupa cairan (pelarut) yang mengalir akan membawa komponen campuran sepanjang
kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi adalah
komponen-komponen dalam zat contoh yang harus diteliti mempunyai afinitas yang
berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan
atau elutor secara kontinyu melalui kolom yang berisi za contoh yang telah
diadsopsi oleh penyarat kolom, maka elutor merupakan komponen yang paling lemah
terikat pada adsorben. Komponenlain yang akan dihanyutkan sesuai dengan urutan
afinitasnya terhadap adsorben. Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang
terbentuk pada bidang antarmuka diantaranya butiran-butiran adsorben dan fase
bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fase bergeraknya (Indriyana,
2015).
Menurut Suhaimi (2012) Pada
identifikasi noda dan penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung
diperiksa dan ditentukan dengan harga Rf. R merupakan nilai dan jarak relative
pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen
dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa. Rf
juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf
juga disebut sebagai faktor retensi. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang
mempengaruhi harga Rf meliputi:
- Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
- Sifat dari penyerap dan derajat afinitasnya
- Tebal dan keratan dari lapisan penjerat
- Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak
- Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang akan digunakan
- Teknik percobaan yang digunakan
- Jumlah komposisi cuplikan maupun kadar cuplikan yang dipakai
- Suhu
- Kesetimbangan
V.
Alat
dan Bahan
5.1 Alat
·
Plat
TLC
·
Cawan
apetri
·
Chamber
·
Piala
250 ml
·
Pipa
kapiler
·
Kolom
kromatografi
·
Gelas
wol
·
Tabung
reaksi
·
Penggaris
·
Pensil
·
Batang
pengaduk
5.2
Bahan
·
Etanol
·
Metanol
·
Kloroform
·
Etil
Asetat
·
N-Heksane
·
Aseton
·
Serium
Sulfat
·
10
ekstrak tanaman
·
10
ekstrak daun
·
Silika
gel
·
Kertas
saring
VI.
Prosedur
Kerja
A. Kromatografi
Lapis Tipis
·
Disiapkan Plat
TLC
·
Dibuat larutan
pengembang dalam gelas piala 1L dengan
komposisi Etanol : Metanol : Kloroform
: Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 )
ml
·
Dibuat 10 larutan
sampel dari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
·
Diambil pada
masing-masing larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan )
diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
·
Keringkan noda
sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
·
Masukkan pelat
ke dalam bejana pengembang
·
Biarkan proses
ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
·
Angkat pelat
dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium
sulfat
·
Hitung dan bandingkan
semua Rf yang diperoleh.
B. Kromatografi
Kolom
· Siapkan
10 ekstrak daun
· Siapkan
kolom kromatografi
· Sumbat
bagian bawah kolom dengan glass wol
· Dimasukkan
silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
· Larutan
tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
· Dimasukkan
sampel yang akan di kromatografi
· Pelarut
harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom
·
Tetesan yang
keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan
berdasarkan warnanya.
Buat
yang ingin tahu lebih lanjut bagaimana cara menentukan titik leleh suatu zat,
mari simak video berikut ini:
Untuk
mengetahui sebatas mana pemahaman kalian, Yuk jawab pertanyaan dibawah ini!
- Dalam video tersebut, Apa yang dapat anda ketahui mengenai definisi kromatografi lapis tipis?
- Mengapa pada sampel yang digunakan harus terlebih dahulu diekstrak?
- Dari video tersebut eluen apa yang digunakan dan bagaimana perbandingannya
Saya Rd. Abdurrahman (A1C117015), akan menjawab no. 2 menurut saya Karena lebih mudah dalam mengidentifikasi senyawa dalam suatu campuran dan dapat lebih mengidentifikasi partikel-partikel kecil didalamnya sehingga mudah pula dalam melihat dan ditentukan hasil seperti jarak yang ditimbulkan yang menjelaskan sampel-sampel yang terkandung didalamnya. Sehingga apabila sampel dalam keadaan untuh maka tidak bisa untuk diidentifikasinya. Contoh ekstrak seperti padat-cair, cair-cair dan lain-lain.
BalasHapusNovela melinda (A1C117007) untuk pertanyaan nomor 1 menurut saya kromatografi lapis tipis asalah suatu teknik pemisahan kromatografi yang digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. Sedangkan pada percobaan ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi suatu senyawa dari suatu sampel tumbuhan
BalasHapussaya brezza (o55) saya akan menjawab no 3 Eluen yang digunakan terbagi atas dua macam yaitu eluen yang menarik senyawa polar dan non polar. Eluen yang menarik senyawa polar meliputi:
BalasHapus1. Kloroform : metanol : H2O dengan perbandingan 16 : 6 : 1
2. Etil asetat : etanol : H20 dengan perbandingan 10: 2 : 1
Sedangkan senyawa yang menarik senyawa non-polar meliputi:
1. Benzena : etil aseta dengan perbandingan 8 : 2
2. N-heksane : etil asetat dengan perbandingan 8 : 2