Kamis, 28 Maret 2019

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I “REAKSI REAKSI ALDEHIDA DAN KETON”



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
REAKSI REAKSI ALDEHIDA DAN KETON






  
DISUSUN OLEH:
PUTRI AYU INDAH LESTARI  (A1C117005)



DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

VII. Data Pengamatan
7.1 Uji Cermin Kaca, Tollens
No
Perlakuan
Hasil
 1.
Disiapkan tabung reaksi diisi dengan masing-masing pereaksi tollens sebanyak 2 ml
Awalnya pereaksi tollens berwarna bening
 2.
Ditambahkan dua tetes formalin pada tabung pertama dan diaduk serta didiamkan10 menit
Setelah 10 menit dikocok tanpa pemanasan langsung terbentuk cermin perak.
3.
Ditambahkan 2 tetes benzaldehid dan diaduk pada tabung kedua
Tidak terbentuk apa-apa.
4.
Ditabung kedua dilakukan pemanasan karena tidak terbentuk endapan untuk mempercepat reaksi
Diperoleh endapan cermin perak setelah lewat 5 menit pemanasan
5.
Ditambahkan 2 tetes aseton dan diaduk serta dipanaskan pada tabung ketiga
Tidak terbentuk endapan
6.
Ditambahkan 2 tetes sikloheksanon dan diaduk serta dipanaskan.
Tidak terbentuk endapan apa-apa
 
7.2 Uji Benedict
No
Perlakuan
Hasil
Formaldehid
Benzaldehid
Aseton
Sikloheksana
1.
Dimasukkan 5 ml pereaksi Benedict
 Warna biru
Warna biru
Warna biru
Warna biru
2.
Dimasukkan kemasing-masing tabung dengan pelarut uji sebanyak 5 tetes dan dipanaskan selama 10-15 menit
Larutan menjadi warna biru yang lenih pekat dan dibagian bawahnya terbentuk endapan merah bata
Terdapat 3 fasa yaitu bagian atas berwarna biru pekat, tengahnya berwarna bening dan dibagian bawahnya berwarna biru
Warna biru pekat dan tidak terbentuk lapisan ataupun endapan
Tidak terdapat endapan namun terjadi 2 fasa yaitu dibagian atas terdapat minyak dan bawahnya berwarna biru


7.3 Pengujian dengan fenilhidrazin
No
Perlakuan
Hasil
1.
Dimasukkan 5 ml fenilhidrazin ditambahkan 10 ml  tetes bahan bahan yang akan diuji benzaldehid.
Awalnya warna fenilhidrazin yaitu kuning bensin dan warna benzaldehid yaitu bening
Ditutup tabung dan diguncangkan kuat selama 1-2 menit
Ketika dicampur warnanya menjadi warna kuning, setelah didiamkan menjadi 3 lapisan . lapisan atas berwarna kuning, tengah berwarna putih dan bawah terdapat endapan kuning
2.
Dimasukkan 5 ml fenilhidrazin ditambahkan 10 ml  tetes bahan bahan yang akan diuji sikloheksanon
Awalnya warna fenilhidrazin yaitu kuning bensin dan warna sikloheksanon yaitu bening
Ditutup tabung dan diguncangkan kuat selama 1-2 menit
Ketika dicampur dan digoncangkan warnanya menjadi warna kuning pucat dan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna kuning pucat dan lapisan bawah bening

7.4 Pembuatan Oksim
No
Perlakuan
Hasil
1.
Dilarutkan 1 gr HCl dalam 4 ml air bening dan ditambahkan 4 ml air.
Hasilnya hijau pekat
2.
Dpaaskan 35 ˚C  dan digoncangkan selama 1-2 menit
Hasilnya larutan berwarna hijau lumut keruh dan terbentuk sikloheksanon-oksim
3.
Didinginkan dalam lemari es dan disaring kristal
Ada endapan warna putih
4.
Dicuci endapan dengan 2ml air esdan dikeringkan
Endapan bersih tanpa ada warna hijau dan terdapat endapan berwarna putih dan dihasilkan yang lembek (cruft)

7.5 Reaksi Haloform
No
Perlakuan
Hasil
1.


Dimasukkan 5 tetes aseton dalam 3 ml larutan NaOh 5%
Warna larutan bening
Ditambahkan sekitar 10 ml larutan iodium iodida
Warna larutan menjadi warna betadine
Digoncang larutan
Coklatnya tidak hilang dan terdapat butiran kuning emas diatas dan dibawah
2.
3 ml larutan propanol  dan 3 tetes iodium iodida diperoleh larutan  2-propanol.
Tetes pertama : Kuning
Tetes kedua : Kuning Pekat
Tetes ketiga : Coklat
3.
Digerus tembakau, ditimbang 0,5 gram dalam 10 ml aquades dan ditambah 3 tetes iodium iodida
Tidak terjadi reaksi apapun
4.
Dan pada uji dengan sikloheksanon
Terdapat 2 lapisan yaitu bagian atas berwarna magenta dan bagian bawah berwarna merah

7.6 Kondensasi Aldol
No.
Perlakuan
Hasil
1.
Ditambahkan 0,5 ml asetaldehid kepada 4 ml larutan NaOh 1% dan digoncang
Berwarna bening
2.
Dicatat baunya dan didihkan
Baunya seperti bau balon, setelah didihkan baunya menjadi tengik dan warnanya menjadi kuning
3.

Direfluks, dalam labu 50 ml dimasukkan etanol, 1 ml aseton, 2 ml benzaldehid, dan 5 ml larutan NaOH 5% selama 5 menit
Terbentuk endapan lembek (Cruft). Cairan menjadi homogen

VIII. Pembahasan
          Pada percobaan ini kami melakukan percobaan mengenai reaksi-reaksi yang terjadi pada aldehid dan keton. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui azas-azas reaksi dari senyawa karbonil, untuk membedakan reaksi antara aldehid dengan keton dengan menggunakan beberapa pengujian sederhana sehingga nantinya bisa membedakan aldehid dan keton tersebut. Semua percobaan yang kami lakukan didasarkan beberapa literatur yang membantu dalam proses pemahaman.
Prinsip dasar senyawa karbonil yaitu senyawa aldehid dan keton adalah molekul polar karena mempunyai molekul ikatan karbonil yang menimbulkan terjadinya momen dipol diantara ikatan rangkap unsur karbon dan oksigen. Rekasi dari momen dipol pada senyawa aldehid dan keton pada sekitaran ikatan karbonil menjadikan senyawa tersebut memiliki titik didih yang sangat tinggi dibandingkan dengan berat molekul yang sama. Pada senyawa aldehid umumnya tidak memiliki ikatan hidrogen donor dimana tidak dapat mendonorkan protonya untuk yang lain, sehingga titik didihnya rendah dari pada alkohol meskipun berat suatu molekulnya hampir sama dengan aldehid dan keton. Oleh sebab itu aldehid dan keton bertindak sebagai akseptor (penerima) ikatan hidrogen, berhubungan dengan hal itu aldehid dan keton dapat larut dalam air dengan baik. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/
Senyawa aldehid dan keton mempunyai gugus yang sama antara keduanya yaitu gugus karbonil C=O. Dengan gugs karbonil yang sama maka mempunyai memiliki sifat reaksi umumnya sama. Namin aldehid lebih cepat dalam bereaksi dari pada keton dengan suatu pereaksi yang sama. Hal itu disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang terjaga dibandingkan keton. Aldehid sangat mudah terjadi pada reaksi oksidasi menjadi asam karboksilat yang mengandung jumlah atom karbon yang sama jumlahnya, sedangkan pada keton dengan reaksi oksidasi tidak mudah terjadi reaksi  karena dalam oksidasi terjadi suatu pemutusan ikatan karbon-karbon yang menghasilkan dua senyawa asam karboksilat pada jumlah atom karbon masing-msing lebih sedikit daripada keton awalnya (keton siklik) menghasilkan suatu senyawa asam karboksilat. Perbedaan kerekatifan pada oksidator antara aldehid dan keton mampu membedakan kedua senyawa tersebut.
          Berdasarkan teori tersebut kami melakukan suatu percobaan dan kami berhasil membedakan antara aldehid dan keton dengan melakukan semua prosedur secara baik dan benar maka diperoleh hasil sebagai berikut:
8.1 Uji Cermin Kaca, Tollens
Uji ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton berdasarkan sifat kemudahan untuk oksidasinya. Uji tollens merupakansalah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Pereaksi tollens merupakan pengoksidasi ringan yang digunakan dlam uji ini. Tollens adalah larutan baa dari Perak Nitrat. Pereaksi tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, yaitu suatu campuran dari AgNo3 dan amonium berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bisa tereduksi akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu, pereaksi tollens sering disebut juga pereaksi cermin perak.
Pereaksi tollens mengandung ion diammin perak (I), {Ag(NH3)2}+. Ion ini dibuat dari larutan perak (I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan natrium hidroksium kedalam larutan perak (I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan perak (I) oksida. Selanjutnya tambahkan larutan amonia encer secukupnya untuk melarutkan ulang endapan tersebut. Hal yang membedakan aldehid dan keton yaitu kemampuan senyawa itu untuk dioksidasi. Aldehid adalah larutan yang mudah sekali dioksidasi dengan menggunakan uji tollens. Sedangkan keton tidak. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk dapat membedakan aldehid dengan keton . apabila suatu sampel direkasikan dengan pereaksi tollens kemudian dipanaskan dan muncul endapan cermin perak pada didinding tabung maka dapat dikatakan bahwa sampel itu merupakan salah satu dari senyawa alkohol. Cara membuat pereaksi tollens yaitu dengan mereaksikan 2 ml larutan perak nitrat 5% dan ditambahkan 2 tetes larutan NaOH 5% lalu ditetesi sedikit demi sedikit sambil diaduk larutan Amonium Hidroksida 2%  hanya secukupnya saja.
Pada praktikum kali ini menggunakan empat jenis sampel diuji dengan benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin. Dari sampel-sampel tersebut didapatkan hasil yang berbeda yaitu:
a.       Formalin
Formaldehida atau formalin merupakan senyawa dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuk zat, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal dengan para formaldehyde atau trioxane.
Pada percobaan tollens menggunakan formalin pertama-tama dimasukkan  tollens dan ditetesi deng 2 tetes formalin diaduk dan dicampur dan didiamkan selama 10 menit. Hasil yang diperoleh yaitu langsung terbentuknya endapan perak nitrattanpa pemanasan dengan pengocokan. Maka dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa formalin senyawa aldehid yang mudah sekali dioksidasi.
b.      Benzaldehida
Benzaldehida (C6H5(OH)) adalah sebuah senyawa kimia yang terdiri dari cincin benzena dengan sebuah substituen. Pada percobaan tollens dengan sampel uji ini yaitu dilakukan hal yang sama seperti diatas yaitu dimasukkan perekasi tollens dan ditambahkan 2 tetes benzaldehida. Namun hasil yang diperoleh tidak terbentuknya endapan oleh sebab itu kami melakukan pemanasan pada tabung dalam penangas air selama lima menit. Dan hasil yang kami amati diperoleh bahwa terbentuk endapan perak. Maka dapat disimpulkan bahwa benzaldehid merupakan senyawa aldehid karena terbentuk endapan cermin perak di sekitar pinggir tabung. Namun tidak mudah teroksidasi langsung. Atau perlu dilakukan pemanasan agar proses reaksi terjadi.
c.       Aseton
Aseton merupakan senyawa berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Nah pada uji tollens kami menggunakan sampel ini untuk mengidentikasi apakah termasuk senyawa yang mudah dioksidasi atau tidak. Pertama-tama dimasukkan perekasi tollens dan dimasukkan dengan 2 tetes sampel tersebut. Hasil yang didapatkan bahwa tidak terbentuk endapan apapun. Karena tidak terjadi reaksi apapun maka melakukan pemanasan dan selama pemanasan 5 menit tidak terbentuk endapan apa-apa. Maka dapat disimpulkan bahwa aseton termasuk senyawa keton yang sulit dioksidasi.
d.      Sikloheksanon
Siklohekanon adalah senyawa organk yang berupa cairan berminyak dan memiliki semburat kuning untuk cahaya dengan bau yang menyengat. Sikloheksana memiliki rumus umum yaitu C6H10O dan sedikit larut dalam air dan benar-benar larut dengan pelarut umum. Pada percobaan tollens dengan sampel silkoheksanon dan merekasikan keduanya. Hasil yang diperoleh sama halnya dengan aseton yaitu tidak terbentuk endapam apa-apa atau larutan tetap bening. Kemudian dilakukan pemanasan, hasil yang diperoleh tetap sama tidak terbentuk endapan apa-apa. Maka dari percobaan berikut dapat disimpulkan bahwa sikloheksanon merupakan senyawa keton yang sulit dioksidasi berdasarkan sifat dari keton tersebut yang tidak menimbulkan endapan pada dinding tabung.
             8.2 Uji Benedict
Uji benedict merupakan uji yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi.pada uji digunakan pereaksi benedict yang merupakan larutan tembaga berwarna biru tua. Uji ini memberikan hasil positif jika didapatkan endapan Cu2O berwarna merah bata pada aldehid. Cara membuat pereaksi Benedict yaitu larutan 173 gram natrium sitrat dan 100 gram natrium karbonat dalam 750 aquadest, diaduk dan disaring kedalam filtrat dan ditambahkan perlahan dengan larutan 17,3 gr CuSO4.5H2O dalam 100 ml air, diencerkan hingga volume 1 L. Pada uji kami menggunakan empat sampel yaitu formaldehid, n-heptanadehide kami menggantinya dengan benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Kami mendapatkan hasil yang berbeda dari tiap-tiap sampel yang digunakan , hasil yang diperoleh meliputi:
a.       Formaldehid
Percobaan uji benedict dengan formaldehid yaitu mereaksikan 5 ml benedict dengan 5 tetes formaldehida. Hasil yang didapatkan bahwa warna larutan menjadi biru setelah itu dipanaskan. Tujuan pemanasan yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi uji benedict. Maka diperoleh bahwa larutan menjadi lebih pekat (Biru Pekat) dan dibagian bawah terdapat endapan merah bata. Hal ini menandakan senyawa formaldehid merupakan aldehid murni.
b.      Benzaldehida
Hal yang sama dilakukan dengan mereaksikan 5 ml benedict dengan 5 tetes benzaldehid. Hasil yang diperoleh sama larutan berwarna biru dan setelah pemanasan diperoleh larutan tetap berwarna bitu namun terbentuk 3 lapisan. Dibagian atas berwarna biru pekat dan dibagian tengah berwarna bening dan bawahnya berwarna biru biasa.
c.       Aseton
Hal yang sama dilakukan dengan mereaksikan 5 ml benedict dengan 5 tetes Aseton. Hasil yang diperoleh sama larutan berwarna biru dan setelah pemanasan diperoleh larutan menjadi lebih pekat birunya dan tidak terbentuk lapisan ataupun endapan apapun.
d.      Sikloheksanon
Hal yang sama dilakukan dengan mereaksikan 5 ml benedict dengan 5 tetes . Hasil yang diperoleh sama larutan berwarna biru dan tidak terdapat endapan namun terdapat 2 fasa yaitu dibagian bawah berwarna bitu muda dan bagian atasnya terbentuk minyak dan setelah pemanasan diperoleh warna pada larutan yaitu biru kehijauan.   
            
            8.3 Pengujian dengan Fenilhidrazin
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aldehida dan keton. Pada rekasi ini membuktikan bahwa benzaldehid dan sikloheksanon dapat bereaksi dengan fenilhidrazin benzena. Pada uji fenilhidrazin dengan benzaldehid yaitu menambahkan 5 ml fenilhidrazin dan dimasukkan 1o ml benzaldehid. Dimana hasil yang diperoleh yaitu warna larutan menjadi kuning. Dimana warna fenilhidrazin warnanya kuning bensin dan ketika didiamkan larutan menjadi 3 lapisan, lapisan atas berwarna kuning dan lapisan tengah berwarna putih serta lapisan bawah berwarna kuning. Sedangkan dengan mereaksikan 5 ml fenilhidrazin dengan 10 ml sikloheksanon menghasilkan warna laruta menjadi pucat setelah digocang, yang sebelum nya warna fenilhidrazin berwarna kuning bensin. Perubahan juga terjadi pada larutan yang membentuk 2 lapisan, diatas kuning pucat dan bagian bawah berwarna bening. Pada uji ini hasil positif ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna kuning. Hal ini positif pada senyawa keton dan aldehid. Hal ini menunjukkan ikatan rangkap keton dan aldehid terkonjugasi.
CO + H2NNHC6H5 ────── CNNHC6H5 + H2O
8.4. Pembuatan Oksim
Oksim merupakan rumus turunan amonia yang dibuat dari hidroksilamin NH2OH adalah kristal padat yang dapat digunakan untuk mengenali senyawa karbonil tertentu. Reaksi ini hanya terjadi pada senyawa keton yang pada akhir reaksi ditandai dengan adanya padatan/kristal.
O + H2N─OH ─────── N─OH + H2O
Nah pada percobaan ini kami melarutkan 1 gr hidroksilamin HCl dan 1,5 gram natrium asetat trihidrat dan kami menggantinya dengan CuSO4. 5H2O didalam 4 ml air larutan yang awalnya bening berubah menjadi warna hijau pekat. Kemudian larutan dipanaskan sampai 35 °C, ditambahkan sikloheksanon dan ditutup pada labu dan digoncang selama 1-2 menit diperoleh hasil bahwa larutan menjadi berwarna hijau lumut keruh dan terbentuklah sikloheksanon oksim. Kemudian larutan didinginkan dalam lemari es dan terbentuk endapan berwarna putih. Kemudian endapan dipanaskan dan endapan dicuci dengan air es 2 ml maka endapan menjadi bersih tanpa ada warna hijau atau larutan  menjadi murni. Dan kemudian padatan dikeringkan
8.5 Reaksi Haloform
Reaksi haloform biasanya menggunakan larutan kalium iodida dan NaOH. Pada uji ini gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi sampai terbentuk iodoform CHl3. Umumnya aldehid tidak bereaksi dengan uji haloform ini. Reaksi yang positif ditunjukkan dengan dengan adanya endapan kuning iodoform dan berbau khas. Uji ini tida begitu spesifik karena hanya terjadi pada metil keton saja. Pada percobaan yang kami lakukan, mula-mula 5 tetes aseton dalam 3 ml NaOH 5 %  awalnya bening, selanjutnya ditambahkan sekitar 10 ml larutan iodida iodium. (dalam membuat larutan iodida iodium yaitu dengan melarutkan 25 gr iodium didalam larutan 50 gr kalium iodida dalam 200 ml air) larutan menjadi seperti betadine. Kemudian pada larutan digoncangkan dan terjadi warna coklat yang tidak hilang dan terdapat butiran kuning emas dibawah dan diatasnya. Uji tersebut dilakukan juga pada isopropanol kami menggantinya dengan 2-propanol, 2 pentanon dan 3 pentanon kami menggatikannya dengan zat alami yaitu tembakau dan selanjutnya dilakukan pada sikloheksanon.
a.       2-propanol
Pada 2 propanol yaitu 3 ml larutan 2-propanol dan ditambahkan dengan 3 tetes iodium iodida. Kemudian digocang pada tabung dan diperoleh bahwa larutan berubah ditiap tetesnya. Pada tetes pertama larutan berwarna kuning, tetes kedua larutan menjadi lebih pekat kuningnya dan ditetes ketiga larutan menjadi berwarna coklat. Oleh sebab itu menandakan bahwa larutan ini termasuk metil keton karena terjadi perubahan warna yang jelas.
b.      Tembakau
Pada ujiini yaitu kami menggunakan tembakau karena keterbatasan bahan dilaboratorium untuk 2-pentanon dan 3-pentanon. Mula-mula tembakau di gerus dan ditimbah serbuk tembakau sebanyak 0,5 gr dan dilarutkan dalam 10 ml aquadest dan ditambah 3 tetes iodium iodida dan diperoleh bahwa pada larutan ini tidak terjadi apa-apa. Maka uji ini tidak berlaku pada tembakau. Dan tembakau memiliki sedikit senyawa keton yang tak terlihat pada uji haloform.
c.       Sikloheksanon
Uji dilakukan juga pada sikloheksanon dengan prosedur yang sama diperoleh bahwa terbentuk 2 lapisan pada larutan. Yaitu bagian atas larutan berwarna magenta dan dibagian bawah larutan berwarna merah.
8.6. Kondensasi Aldol
Pada reaksi kondensasi aldol akan membentuk ikatan karbon yang bermanfaat. Kondensasi aldol yang paling sederhana adalah gabungan dari dua molekul yaitu asetaldehid yang terjadi jika larutan aldehid diberi larutan basa.
a.       Pada percobaan ini kita menggunakan 0,5 ml asetaldehid dan menggunakan larutan basa. Larutan basa yang kita gunakan adalah NaOh 5%, NaOH ini berperan sebagai basa yang mengambil hidrogen membentuk enolat, kemudian kedua larutan tersebut kami masukka kedalam gelas kimia, pada saat proses pencampuran warna tetap bening dan menimbulkan bau seperti bau balon dan baunya pekat sekali. Kemudian kami melakukan pemanasan dengan tujuan untuk menghasilkan bau tengik dari kronotaldehid. Pada saat proses pemanasan terjadi perubahan warna dari bening menjadi warna kuning dan timbullah bau tengik tersebut.
b.      Refluk
Tujuan dilakuka refluk yaitu untuk mendapatkan kristal dan untuk ditentukan titik lelehnya, pada percobaan ini kami melakukan rangkaian alat untuk merefluks, kemudian dimasukkan 50 ml etanol, 1 ml aseton, 2 ml benzaldehid dan 5 ml larutan NaOH 5%. Pada saat proses pencampuran warna berubah menjadi kuning. Kemudian laruta tersebut kami refluk selama kurang lebih 5 menit dan pada suhu 31°C sudah mulai terjadi penetesan air. Setelah dilakukan refluks kemudian larutan pada tabung tadi didinginkan menggunakan es batu dan terbentuklah endapan lembek seperti cruft. Refluk ini adalah suaru proses dimana campuran pada labu dipanaskan sampai timbul uap dan uap ini nantinya akan mengalir dalam alat refluk yang disitu terjadi pendinginan yang mengakibatkan uap menjadi cair kembali dan cairan akan menetes kembali kelabu. Cara ini dilakukan sampai cairan menjadi homogen.  
IX. Pertanyaaan Pasca
       Dari hasil-hasil percobaan yang telah dilakukan dan jika ingin menambah pemahaman dengan materi ini, yuk coba jawab pertanyaan berikut:
  1. Dari hasil uji cermin perak (Uji Tollens) bagaimana prinsip yang digunakan pada uji tollens tersebut?
  2.  Apakah peranan dari natrium asetat didalam pembuatan oksim?
  3. Mengapa pada uji tollens menggunakan senyawa uji aseton dan sikloheksanon tidak terbentuk endapan cermin perak?
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.      Aldehid dan keton merupakan senyawa yang memiliki gugus karbonil. Secara kimia gugus karbonil merupakan salah satu dari gugus fungsi yang mudah menguap. Perbedaan senyawa aldehid dan keton ditinjau dari segi gugus fungsinya adalah aldehid memiliki sekurang-kurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada atom karbonnya dengan rumus umumnya RCOH. Sedangkan keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada karbonnya dengan rumus umum RCOR. Aldehid dan keton umunya mengalami reaksi pada gugus krbonil, oleh karena itu struktur dan sifat gugus karbonil diketahui terlebih dahulu. Gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan kesebuah atom O oleh satu ikatandan satu ikatan. Meski sama-sama merupakan senyawa organik yang memiliki gugus C sp2 yang terhubung dengan O namun dalam penggunaan kedua senyawa ini berbeda-beda.
2.      Perbedaan reaksi pada antara aldehid dan keton yaitu dilihat dari cepat lambatnya reaksi yang terjadi. Jika pada aldehid lebih cepat bereaksi dari pada keton karena atom pada atom karbonil aldehid kurang terlindungi atau tidak terlalu banyak gugus yang melekat. Senyawa aldehid memiliki gugus karbonil yang mudah teroksidasi sedangkan keton tidak.
3.      Dari keseluruhan percobaan didapatkan bahwa aldehid berekasi dengan semua perekasi atau uji dalam percobaan ini namun kecuali pada iodoform. Salah satu cara yaitu dengan merefluks yang bertujuan untuk membuat campuran menjadi homogen sehingga nantinya dapat terbentuk kristal yang dapat diukur titik didihnya.

XI. Daftar Pustaka
      Hart. 2009. Pengantar Kimia Organik . Jakarta: Erlangga
Tim Kimia Organik 1. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik 1. Jambi: universitas Jambi
Wilbraham. 2009. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB
Cotton. 2007. Kimia Organik Dasar. Jakarta: UI Press



XII. Lampiran Gambar
Gambar 1. hasil Uji Tollens
dengan Formalin
Gambar 2. hasil Uji Fenilhildrazin
Gambar 3. Merangkai Alat Refluks
 pada Kondensasi Aldol
Gambar 4. Pemanasan pada Uji Benedict
Gambar 5. Hasil Uji Haloform