“KEISOMERAN GEOMETRI”
DISUSUN OLEH:
PUTRI
AYU INDAH LESTARI (A1C117005)
DOSEN
PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL,
M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
VII. Data Pengamatan
No
|
Pengamatan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Dihaluskan
apel, Diekstrak buah beberapa buah apel dimasukan kedalam labu Erlenmeyer
|
Didapatkan
ekstrak apel berwarna coklat. Diambil 20 ml ekstrak apel
|
2.
|
Ditambahkan
dengan larutan 15 ml HCl pekat
|
Warna
berubah menjadi warna coklat-kecoklatan
|
3.
|
Kemudian
larutan tersebut direfluks dengan alat refluks yang sudah disiapakan selama
10 menit dan ditambahkan batu didih
|
Warna
mulai berubah menjadi warna coklat pekat pada menit ke 3 menit
|
4.
|
Dihentikan
refluks dan disaring 2x larutan yang telah direfluk
|
Didapakan
endapan warna hitam dan warna tetap warna coklat pekat bau seperti caramel
|
5.
|
Dijenuhkan
didalam es selama beberapa menit
|
Tidak
didapatkan kristal
|
VIII. Pembahasan
Senyawa organik memiliki
satu atau lebih gugus fungsi yang terikat pada atom karbon baik berikatan
tunggal atau pun ikatan rangkap. Gugus atau suatu atom yang terikat pada suatu
ikatan tunggal membentuk C-C akan bebas berotasi sepanjang ikatan tersebu
hingga tak mampu dibedakan berdasarkan orientasi bidang ruang gugus fungsinya
ataupun sebaliknya jika suatu gugus atau atom yang berikatan dengan senyawa
organik dan membentuk ikatan rangkap atau membentuk rantai sikliknya pada
rantai atom karbonnya sehingga pada gugus atau atom tersebut tidak dapat
berotasi secara bebas. Oleh karena itu dapat diidentifikasi pada orientasi
ruang gugus atau atomnya yang disebut sebagai isomer geometri. Selain itu
isomer geometri juga dapat ditemukan pada senyawa organik rantai siklik
contohnya cincin karbon sikloalkana terbentuk bidang pseudeo yang
digunakan dalam menetapkan orientasi relatif atom atau gugus yang terikat pada
cincin (stereokimia) tersebut. Keadaan orientasi atom atau gugus meliputi
bagian atas dan bawah, dimana bagian atas berada pada sisi cincin dan
selebihnya atau sisi lain disebut bawah. Pendapat para ahli mengenai orientasi
itu berbentuk ikatan baji yang menunjukkan gugus/atom yang terletak diatas
bidang rata-rata cincin (atas) dan garis
tetas untuk ikatan pada atom atau molekul akan terletak pada bagian bawah
cincin (bawah). Suatu keisomeran geometri dengan orientasi tertentu mampu
diubah pada orientasinya. Contohnya pada asam maleat atau cis-asam
butenadiot yang memiliki dya gugus karboksilat umumnya digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan asam fumarat atau trans-asam butena dioat.
Suatu isomerisasi ini mampu dikatalis oleh berbagai pereaksi, seperti asam
sulfat, asam klorida, asam mineral dan tiourea dengan pemanasan yang baik.
Pada percobaan ini
mengenai keisomeran geometri kita melakukan pengubahan suatu asam maleat
menjadi asam fumarat. Dalam hal ini senyawa yang memiliki isomer cis yautu asam
maleat sedangkan senyawa yang memiliki isomer trans yaitu asam fumarat yang
merupakan produk yang akan dihasilkan. Asam maleat dan asam fumarat memiliki
rumus molekul yang sama yaitu, HOOCCHHCHCOOH tetapi memiliki susunan yang
berbeda dalam ruang. Prinsip dari percobaan ini yaitu suatu reaksi
adisi-eliminasi, yaitu reaksi pemutusan ikatan phi dengan terjadinya proses
reaksi adisi dan kemudian membentuk kembali dengan membentuk suatu reaksi eliminasi.
Dari percobaan ini, metode yang digunakan yaitu metode refluks yaitu suatu
proses pendidihan atau pendestilasian suatu senyawa dengan kolom fraksionasi
sehingga uap akan terbentuk dari poses terkondensasi dan mengalir kebawah
sehingga terjadinya proses alir balik cairan dan proses ini berlaku secara
kontinyu atau terus-menerus. Selain itu, kita juga menggunakan metode
kristalisasi yaitu suatu pemisahan endapan dari larutan berdasarkan perbedaan
kelarutan antar senyawa. Serta menggunakan metoe reksristalisasi atau pemurnian
kristal dari larutan pengotor.
Percobaan diawali dengan membuat asam maleat terlebih dahulu,
disini kami menggunakan apel dalam sampel yang mengandung asam maleat. Apel
awalnya dihaluskan dengan proses pemarutan sehingga diperoleh ekstrak dari apel
tersebut setelah proses penyaringan.
Diambil ekstrak apel sebanyak 20 ml dan dimasukkan dalam labu dasar
bulat dan kemudian dilarutkan dengan 15 ml HCl dan sebelum direfluk dimasukkan
dengan batu didih agar suhu akan tetap stabil dan meminimalisir dari proses
pergolakan pada saat pemanasan. Filtrat yang diperoleh sebelumnya kan
ditambahkan dengan HCl pekat. Proses ini lah yang merupakan proses perubahan
asam maleat menjadi asam fumarat. Penambahan HCl berfungsi sebagai katalis yang
digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap
pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal,
selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Ion H+ dihasilkan
lagi dari reaksi pada tahap keempat. Hasil
yang diperoleh ketika ekstrak apel dicampurkan dengan HCl yaitu terdapat warna
larutan yang kecoklatan. Kemudian dilanjutkan dengan proses refluks pada suhu
75 °C dan labu
bulat dasar yang berisi filtrat ditutup dengan aluminium foil. Fungsi refluks
adalah untuk membantu proses pemanasan pada asam fumarat, sehingga panas
yang dihasilkan dapat berlangsung secara kontinu dan merata. Sedangkan
penutupan erlenmeyer dengan aluminium foil berfungsi agar uap tidak keluar ke
udara. Proses pemanasan dihentikan apabila kristal terbentuk semua dan sempurna
dan tidak ada lagi larutan di dalamnya. dan
diperoleh bahwa larutan semakin lama semakin
pekat warna yang didapatkan. Setelah 10 menit proses refluks dilanjutkan
dengan penyaringan agar di peroleh senyawa yang bebas pengotor dan memungkinkan
untuk mendapatkan senyawa murni. Penyaringan dilakukan menggunakan corong
pemisah dan kertas saring. Pada saat penyaringan dilakukan pengulangan 2 kali
agar diperoeh senyawa yang efektif. Pada penyaringan pertama diperoleh endapan
hitam yang terpisah dan penyaringan kedua diperoleh senyawa yang berwarna
coklat. Kemudian filtrat dijenuhkan terlebuh dahulu sebelum dilakukan proses
kristalisasi dan reksristalisai. Setelah dilakukan refluks maka mulai
terbentuk endapan kristal dari asam fumarat
dengan larutan panas. Kemudian larutan didinginkan pada suhu kamar tapi jangan sampai suhu turun konstan dan direkristalisasi dengan air. Pada tahap rekristalisasi
digunakan air sebagai pelarut yang sesuai karena asam fumarat
termasuk senyawa yang polar sehingga akan larut
dalam pelarut yang polar pula (like dissolve like). Senyawa yang
diperoleh diidentifikasi dengan suatu senyawa fumarat yang diperoleh bahwa
larutan berbau seperti caramel. Namun pada saat akan dilanujutkan percobaan
terdapat suatu kekeliruan dimana tidak didapat kristal yang terbentuk. Hal itu
dapat disebabkan karena asam maleat pada apel hanya sedikit didalamnya dan
terdapat senyawa lain yang mengganggu proses tersebut. Faktor lain yaitu pada
saat akan dikristalisasi terjadi penurunan suhu yang sangat drastis pada saat
penyaringan. Sehingga tidak dapat dilanjutka proses rekristalisasi. Kristal asam
maleat yang tidak terbentuk sehingga tidak dapat ditentukan titik lelehnya
dengan menggunakan alat penentuan titik leleh. Titik leleh asam maleat secara
literatur yang leleh pada suhu 130˚C. Sedangkan titik leleh asam fumarat secara
literatur yang leleh pada suhu 287˚C. Titik leleh asam maleat yang lebih rendah dari pada asam fumarat
terlihat jelas karena pada asam maleat nilai yang rendah, hal ini menandakan
adanya perbedaan sifat fisik antara
senyawa berisomer cis dan trans. Senyawa berisomer Cis memiliki titik leleh lebih kecil karena adanya tolakan antara
dua gugus karboksilat yang bersebelahan
mengakibatkan senyawa ini kurang stabil. Sedangkan senyawa yang berisomer trans memiliki tolakan yang
lebih kecil sehingga senyawanya relative
stabil. Dengan demikian titik leleh asam fumarat lebih tinggi dari pada
asam maleat. Mekanisme pengubahan
asam maleat berubah menjadi asam fumarat yaitu:
- Bagaimana peranan penambahan HCl pekat pada filtrat yang digunakan?
- Dari percobaan yang telah dilakukan, apa yang kalian ketahui mengenai isomer geometri dan apa perbedaan masing-masing senyawa yang diamati?
- Apa fungsi dari dilakukannnya proses refluks?
X. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa:
- Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus didalam ruangan. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans. Isomer ini tidak terdapat pada kompleks dengan struktur linear, trigonal planar, atau tetrahedral, tetapi umumnya terdapat pada kompleks planar segiempat dan ocktahedral. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah reaksi adisi-eliminasi, yaitu memutuskan ikatan phi dengan reaksi adisi kemudian membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi.
- Perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia dn fisika dapat kita ketahui. Sebagai contoh dalam percobaan ini senyawa yang berisomer cis dan trans adalah asam maleat dan asam fumarat. Molkeul dimana dua atom yang sama berada disisi yang sama dari ikatan rangkap dikenal sebagai senyawa cis sedangkan molekul dengan dua atom yang sama disisi berlawanan dari ikatan rangkap dikenal sebagai isomer trans, isomer cis bersifat polar sedangkan isomer trans relatif non-polar. Kemudian Senyawa cis memiliki titik leleh yang lebih besar karena adanya tolakan antara dua gugus karboksilat yang bersebelahan mengakibatkan senyawa ini kurang stabil. Kekuatan-kekuatan ekstra antar molekul pada isomer cis memberikan titik didih lebih tinggi. Sedangkan senyawa yang berisomer trans memiliki tolakan yang lebih kecil sehingga senyawanya relatif stabil dibandingkan senyawa cis. Isomer trans akan memiliki titik didih lebih rendah karena meskipun ada pemisahan muatan, molekul keseluruhan menjadi non-polar. Tapi isomer trans memiliki titik lebur yang lebih tinggi. Isomer trans memiliki bentuk lurus dan mereka dikemas dengan baik. Jadi energi yang lebih tinggi diperlukan untuk mencairkan molekul yang memberikan titik lebur yang lebih tinggi.
XI. Daftar Pustaka
Day, R.A, dan Underwood. 1987. Analisi
Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga
Fessenden. 1997. Kimia
Organik. Jakarta: Erlangga.
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/ diakses pada 20 April 2019
Mulyono. Kimia Organik. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi :
Universitas Jambi
XII. Lampiran Gambar
Nama saya Seprida Anjelina Tarigan (A1C117051) ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. Fungsi proses refluks yaitu untuk membantu proses pemanasan pada asam fumarat, sehingga panas yang dihasilkan dapat berlangsung secara kontinu dan merata.
BalasHapusNama saya Hefty Juwita (A1C117053), akan menjawab pertanyaan nomor 1. Menurut saya, peranan penambahan HCl yaitu sebagai katalis yang digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal, selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. Terimakasih.
BalasHapusnama saya ika ermayanti nim 031 saya akan menjawab nomor 2 adapun ang dimaksud Isomer geometri adalah isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus didalam ruangan. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans.
BalasHapusPerbedaan dari senyawa-senyawa yaitu asam maleat(cis) dan asam fumarat (trans) yaitu Molkeul dimana dua atom yang sama berada disisi yang sama dari ikatan rangkap dikenal sebagai senyawa cis sedangkan molekul dengan dua atom yang sama disisi berlawanan dari ikatan rangkap dikenal sebagai isomer trans, isomer cis bersifat polar sedangkan isomer trans relatif non-polar. Kemudian Senyawa cis memiliki titik leleh yang lebih besar karena adanya tolakan antara dua gugus karboksilat yang bersebelahan mengakibatkan senyawa ini kurang stabil. Kekuatan-kekuatan ekstra antar molekul pada isomer cis memberikan titik didih lebih tinggi. Sedangkan senyawa yang berisomer trans memiliki tolakan yang lebih kecil sehingga senyawanya relatif stabil dibandingkan senyawa cis.